Pembalap Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia, bisa dibilang hanya bisa mengharapkan keberuntungan untuk membalikkan keadaan pada seri penutup MotoGP Barcelona 2024.
Ketertinggalan poin yang cukup besar dan konsistensi tingkat tinggi dari rival utamanya yaitu Jorge Martin (Prima Pramac) menjadi alasannya.
Seperti diketahui, Bagnaia tertinggal 24 poin dari Martin di puncak klasemen sementara dengan sisa maksimal 37 poin untuk diperebutkan di seri terakhir.
https://linkmahjong.id/
https://seomahjong.id/
https://skatermahjong.org/
https://pgsoftcasino.id/
https://www.linkgame.ac.id/
https://mediabacklink.net/
Untuk mewujudkan mimpi hattrick gelar, satu syaratnya adalah Bagnaia harus selalu menang dalam sprint dan balapan GP sedangkan Martin selalu berada di luar posisi enam besar.
Semuanya bisa terjadi. Meski demikian, sulit untuk berharap Martin terlempar dari posisi depan ataupun terjatuh sendiri jika melihat tren performanya musim ini.
Kecuali karena gagal finis yang mana cuma 3 kali terjadi, Martin hanya sekali finis di luar posisi 6 besar dalam 38 balapan (sprint dan GP)! Itu pun karena blunder dalam situasi flag-to-flag!
Pembalap Repsol Honda sekaligus rekan Bagnaia di VR46 Riders Academy, Luca Marini, menyebut sulit bagi sang juara bertahan untuk menjadi juara lagi musim ini.
Adik Valentino Rossi itu bahkan menilai Bagnaia mau tidak mau harus memancing Martin agar membuat kesalahan.
“Ini bukan momen yang mudah bagi Pecco,” kata Marini, dilansir dari GPone.com.
“Saya pikir Barcelona bisa lebih menguntungkannya daripada Valencia, tetapi tidak cukup bagi dia untuk memenangi kedua balapannya.”
“Dia harus memaksa Martin untuk melakukan kesalahan. Semua tekanannya ada pada Martin sekarang dan cuma dia yang bisa kehilangan kesempatannya.”
“Jika Pecco memainkan kartunya pada Jumat dan Sabtu, kenapa tidak? Kita harus selalu percaya,” imbuh sosok yang dikenal analitis tersebut.
Sayangnya, dalam hal memengaruhi lawan, Bagnaia tidak selihai Valentino Rossi yang dikenal ahli dalam psywar di dalam maupun luar lintasan.
Salah satu kualitas The Doctor adalah mampu menganggu lawan dalam balapan tanpa harus menyenggol mereka hingga terjatuh.
Satu contohnya adalah saat kemenangannya di Laguna Seca 2008.
Melawan Casey Stoner yang punya pace lebih gila, Rossi terus mengajak sang lawan terlibat dalam dogfight hingga tidak dapat menggunakan jalur lomba idealnya.
Stoner keki dibuatnya. Selain karena overtake ikonik di tikungan corkscrew, Stoner menuding Rossi melakukan brake test alias sengaja mengerem lebih awal sehingga dia kaget dan terjatuh.
Taktik Rossi untuk melawan secara agresif dipakai Martin pada balapan MotoGP Malaysia kemarin dengan terus berusaha menyalip Bagnaia yang lebih cepat pada tiga lap pertama.
Namun, perlawanan Martin tidak membuat Bagnaia khawatir karena percaya diri dengan ritme di atas rata-ratanya. Bahkan, Nuvola Rossa sejatinya bisa memanfaatkannya kalau mau.
Duel dengan Martin bisa menarik pembalap lain mendekati mereka, termasuk yang cepat dan tak kalah agresif seperti Marc Marquez (Gresini Racing) dan Enea Bastianini (Ducati Lenovo).
Memainkan ritme untuk membuat rival terkuat tersusul pembalap lain sehingga lebih sibuk salip menyalip bukan hal yang baru ataupun tabu di MotoGP.
Sayangnya, Bagnaia tidak mau melakukannya.
Walau sadar memerlukan pembalap lain untuk ikut mengalahkan Martin, dia tetap teguh untuk bertarung secara adil.
“Saya bukan orang yang melakukan permainan semacam itu. Saya hanya menikmati balapannya,” kata Bagnaia setelah balapan MotoGP Malaysia.
“Bagaimanapun, bahkan jika mereka menyusul kami saat itu, saya tidak akan menyukainya. Itu bukan cara saya, saya pikir itu bukan cara yang tepat untuk menang.”
“Saya adalah pembalap yang bersih dan seorang atlet sejati. Saya tidak akan pernah memelankan kecepatan untuk membiarkan pembalap lainnya mendekat.”
Sportivitas memang harus dijunjung tinggi dalam dunia olahraga. Namun, seperti kata pepatah, semuanya adil dalam percintaan dan peperangan.
Hal terjauh yang mau dilakukan Bagnaia adalah dengan memberi slipstream ke pembalap lain di kualifikasi agar Martin start dari posisi sejauh mungkin.
Kembali ke Marini, dia menegaskan bahwa Bagnaia tidak bisa hanya fokus dengan dirinya sendiri untuk mengalahkan Martin di situasi hampir mustahil ini.
“Saya memiliki firasat bagus tetapi Pecco harus tidak hanya fokus dengan balapannya,” kata Marini melanjutkan analisisnya.
“Dia harus memikirkan kemenangan, tetapi juga menang, dan memakai semua kartu (opsi) yang dimilikinya. Selalu menghormati kompetisi dan pertarungan hebatnya dengan Martin.”
Masih tetap mengharapkan Dewi Fortuna, Bagnaia?